Senin, 25 Februari 2013

Anti Bakteri Ampuh Terkandung dalam Keringat Manusia

obatbakteri460ts-370x249JAKARTA--Beberapa penyakit seperti kencing nanah dan tuberkolusis sudah tak lagi mempan dibasmi dengan antibiotika yang ada saat ini. Maka kini ilmuwan tengah mencoba menemukan cara membuat antibiotik yang lebih kuat.  Siapa sangka ternyata obat itu ditemukan di dalam keringat manusia.
Penelitian yang dimuat Proceedings of the Natural Academy of Sciences ini dilakukan oleh ilmuwan dari Institut Max Planck di Jerman, University of Strasbourg di Perancis dan University of Edinburgh di Inggris.
Para peneliti menganalisis senyawa kimia bernama dermcidin yang banyak ditemukan dalam keringat manusia. Dermcidin dikontrol dan dikeluarkan oleh kelenjar keringat. Senyawa ini sangat mudah mudah beradaptasi untuk menyerang jamur dan bakteri.  Senyawa kimia umumnya menargetkan dinding sel sehingga bakteri dapat mengembangkan resistensi atau kekebalan. Tapi karena Dermcidin mudah beradaptasi, senyawa kimia ini cocok untuk mengatasinya.
Bakteri yang masuk ke dalam kulit manusia terhenti akibat keberadaan mineral seng yang terdapat dalam keringat. Dermcidin kemudian dikeluarkan dan mengotak-atik kadar air dan partikel yang melintasi membran sel. Karena tidak bisa bergerak, bakteri dan jamur tak berdaya melawan bahan kimia ini.
“Antibiotik tidak hanya tersedia pada tubuh kita sendiri untuk menghasilkan zat yang efisien menangkis bakteri, jamur dan virus. Sekarang kita tahu secara rinci bagaimana cara kerja antibiotik alami. Kita dapat menggunakannya untuk membantu melawan infeksi yang lebih efektif daripada antibiotik biasa,” kata peneliti Ulrich Zachariae seperti dilansir Counsel and Heal, Senin (25/2/2013).
Beberapa penyakit akibat infeksi bakteri sudah diketahui tak mempan dilawan dengan antibiotik, misalnya bakteri tuberculossis dan Staphyloccocus aureus. Karena sudah kebal, berbagai antibiotik pun selalu diperbarui. Sampai saat ini, sudah ada 1.700 jenis antibiotik alami di seluruh dunia.

Copyright@ http://kabardunia.com

Minggu, 17 Februari 2013

Prasasti Modern: Sebuah Otokritik

oleh Ardi Wahyudi pada 17 Februari 2013 pukul 13:28 ·
Hieroglif, data sejarah bangsa Mesir kuno - Wikipedia



Menurut Kuntowijoyo, sejarah adalah rekonstruksi masa lalu[1]. Rekonstruksi tidak serta merta lahir dari rapalan mantra dukun dan tetiba tersaji di depan mata akan tetapi ia berhasil menjadi rekonstruksi utuh dengan mengumpulkan data sejarah bahkan mungkin pelaku atau saksi sejarah. Seperti yang sudah kita pelajari saat sejak di tingkat sekolah menengah, bahwa beberapa rekonstruksi sejarah Indonesia terinterpretasikan melalui adanya prasasti. Prasasti ini lalu dikembangkan lagi dengan fakta sejarah lain yang ada sehingga mengerucut pada satu kesimpulan tentang peristiwa sejarah.

Berbicara mengenai prasasti, di Indonesia sendiri ada banyak prasasti yang menjadi data sejarah. Misalnya yang terdekat dengan domisili penulis adalah prasasti Batu Tulis di Bogor yang menjadi data sejarah Kerajaan Pajajaran di masa lampau. Prasasti itu hanya berupa beberapa bait tulisan berbahasa Sanskerta. Namun dari beberapa bait itu menjadi data sejarah penting tentang bagaimana eksistensi kerajaan Pajajaran di masa lampau.

Di masa kini, peradaban kita sudah semakin berkembang. Berkembang dalam parameter kemajuan teknologi. Ratusan tahun ke depan kita tidak tahu apakah peradaban sekarang ini akan tercatat dengan baik atau tidak. Namun harus ada upaya ke arah sana yakni pendokumentasian yang terjadi di peradaban saat ini. Salah satu ikhtiyar (pilihan) yang ada untuk mendokumentasikan suatu hal yang terjadi adalah dengan menulis.

Menulis merupakan salah satu sarana berkomunikasi. Tidak semua orang pandai berkomunikasi lisan. Tidak semua orang sanggup berpidato hingga mendapat hadiah Nobel seperti Winston Churcill atau kita tidak sanggup berpidato layaknya seorang Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki yang dulu pernah djebloskan ke jeruji besi gegara membacakan puisi di depan umum karena menyinggung pemerintahan sekuler Turki. Tidak semua orang pandai menggerakkan lisannya untuk mempengaruhi atau mungkin dalam level yang lebih tinggi, menghegemoni orang banyak. Maka alternatif adalah menulis.

Tidak semua orang mahir menulis. Menulis dalam artian menggubah rangkaian kata menjadi paragraf lalu menghimpunnya dalam tulisan utuh untuk menyampaikan pesan tertentu. Tapi usaha kita ke arah sana harus tetap ada apalagi jika kita sadar kita tidak memiliki modalitas yang baik di komunikasi lisan.

Menurut YB Mangunwijaya, sebagaimana dikutip Eka Budianta, ada 5 jenis pengarang (penulis):
  1. Orang yang menulis karena iseng. Kalangan ini mengarang karena tidak tahu apa yang harus dilakukan
  2. Pujangga Kraton. Jenis ini mengarang (menulis) karena dipesan.
  3. Sastrawan proyek. Mereka menulis buku, artikel, atau naskah apa saja karena ada proyek, pesanan, perlombaan.
  4. Penulis profesional. Ini banyak kita kenal sebagai penyiar radio atau wartawan
  5. Pengarang nurani. Artinya, orang yang menulis karena panggilan nurani[2].

Pada tingkatan apapun kita sekarang, seperti yang diklasifikasikan di atas, semoga tidak mengendurkan semangat menulis kita. Katakanlah saat ini kita menulis dalam status “iseng” namun bukan berarti dalam beberapa episode ke depan kita sudah beberapa langkah lebih maju menjadi penulis profesional atau bahkan penulis nurani. Perubahan gradual itu tidak usah terburu-buru bukankah menaiki anak tangga sambil berlari membuat kita cepat pegal?.

Eka Budianta memberikan sebuah ilustrasi menarik dalam buku Senyum untuk Calon Penulis, berikut ini:

“Di sebuah negeri, ada seorang yang pandai menari. Bila ia menari, semua orang ikut bergembira. Ada yang menyanyi, memainkan musik, memukuli apa saja, dan ikut menari. Kalau ia menari di pasar, semua orang ikut menari. Jalanan jadi kacau, lalu lintas macet. Ia ditangkap dan di penjara,. Tetapi ketika ia menari di penjara, semua narapidana ikut menari. Penguasa marah dan ia memotong tangannya. Ia menari dengan kakinya. Dipotong kakinya, ia menari dengan badan dan kepalanya. Dipotong lehernya, ia masih menari dengan matanya. Semakin banyak lagi orang yang ikut menari. Penguasa jadi kesal dan bertanya, “bagaimana caranya menghentikan tarian Anda?” Penari sejati itu menjawab, “untuk menari saya tidak memerlukan musik. Untuk menari saya tidak memerlukan kaki dan tangan. Untuk menari saya hanya memerlukan jiwa yang merdeka.”

Bukankah Kartini muda menulis sekalipun dalam pingitannya? Bukankah Sayyid Qutb menulis Ma’alim fii Thariq di dalam penjara? Bukankah ketika tergugah membaca sajak Peringatan Wiji Thukul yang ujungnya berbunyi: “...maka hanya ada satu kata, lawan!” yang hingga kini keberadaan fisiknya masih dipertanyakan bangsa ini?

Kawan, dalam uraian singkat ini dan tulisan otokritik ini semoga kita menemukan kemerdekaan dalam semangat menulis kita. Rasanya memang tidak perlu sampai dipenjara atau dituduh subversif (membelot) baru kita memerdekakan semangat menulis kita. Cukuplah kita anggap pola hidup hedonisme, permisif, dan konsumtif di sekitar kita menjadi latar belakang “kemerdekaan” agar kita menuliskan ide-ide perubahan nan cemerlang untuk sebuah progresifitas tanpa henti apapun spesialisasi tulisan kita. Tulisan kita saat ini adalah prasasti modern untuk generasi yang akan datang. Umur biologis kita mungkin hanya hitungan puluhan tahun namun umur historis kita bisa terkenang sepanjang masa, terkenang dalam tulisan-tulisan abadi kita.

“Pengarang sejati itu seperti bunga yang mekar dan berbau harum. Seperti burung yang indah dan bersuara merdu. Mereka tetap mekar, berkembang, terbang, dan berkicau, meskipun berada di hutan yang sunyi. Mereka tidak menunggu penonton” – Eka Budianta
[1] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Bentang. 1995), hal.17
[2] Eka Budianta, Senyum untuk Calon Penulis.(Jakarta: Pustaka Alvabet. 2005), hal.22-23


Di bawah langit mendung Kota Hujan, 17 Februari 2013

Tulisan lebih banyak, bisa buka sangsendaljepit.blogspot,com


Sabtu, 16 Februari 2013

Alat Musik Tradisional Jawa Barat

ALAT MUSIK TRADISIONAL JAWA BARATAlat Musik Tradisional Jawa Barat – Seperti yang kita ketahui bersama adalah bahwa Jawa Barat merupakan Provinsi di Indonesia yang langsung berbatasan dengan Ibu Kota Negara, Jakarta yang berada di bagian barat. Sedangkan Kota Bandung adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Barat tersebut. Menurut sejarah seperti yang tertulis dalam Wikipedia, Provinsi Jawa Barat adalah Provinsi yang pertama kali dibuat di Indonesia yang berdasarkan pada undang-undang tahun 1950 kala itu.
Selain itu, Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak di Indonesia. Saat itu Provinsi Banten pernah akan dibentuk sebagai wujud dari pemekaran atas Provinsi Jawa Barat. Akhirnya beredar isu bahwa Provinsi Jawa Barat akan berubah nama menjadi Provinsi Pasundan karena Jawa Barat yang didominasi oleh Suku Sunda. Namun hal itu dinilai negatif karena sebagian masyarakat di Jawa Barat bukanlah suku Sunda. Akhirnya perencanaan tersebut dibatalkan. Dan tiga suku yang paling mendominasi di Jawa Barat adalah Suku Sunda, Suku Betawi, dan Suku Cirebon.
Berbicara mengenai kesenian dan budaya serta alat musk tradisional Jawa Barat, maka saya akan menguraikan informasi tersebut khusus mengenai alat-alat musik tradisionalnya.

Beberapa Alat Musik Tradisional Jawa Barat

Ada beberapa alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Jawa Barat yang menjadi bagian dari kekayaan Indonesia akan seni dan budaya. Diantara beberapa alat musik tradisional Jawa Barat itu antara lain adalah :
1. Angklung
2. Arumba
3. Gendang
4. Calung
5. Kecapi
6. Suling
7. Rebab
Di dalam artikel ini saya hanya akan memuat tentang tujuh alat musik tradisional tersebut yang berasal dari Jawa Barat karena menurut banyak orang bahwa ketujuh alat musik tradisional inilah yang sampai saat ini masih populer dan terus di lestarikan di Provinsi Jawa Barat.

Penjelasan Tentang Alat Musik Tradisional Jawa Barat

Untuk lebih memahami tentang ke tujuh alat musik tradisional Jawa Barat tersebut, berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing alat musik tradisional di atas.
Angklung
ALAT MUSIK ANGKLUNG
Saya yakin alat musik yang satu ini tidak asing lagi di telinga kita. Angklung adalah alat musik tradisional yang dipopulerkan oleh masyarakat Suku Sunda di Indonesia. Bambu adalah bahan dasar pembuatan alat musik satu ini. Dan Angklung ini adalah alat musik jenis yang dimainkan dengan cara digoyang karena bunyi yang dihasilkan berasal dari benturan antara bambu tersebut. Ukuran angklung ini bermacam-macam, ada yang kecil dan ada juga yang berukuran besar.
Arumba
ARUMBAArumba merupakan alat musik yang juga terbuat dari bambu sama seperti angklung. Nama Arumba sendiri sebenarnya adalah singkatan dari alunan rumpun bambu. Dan pada awalnya alat musik tradisional Jawa Barat yang satu ini menggunakan pentatonis sebagai tangga nada yang ia hasilkan. Namun saat ini Arumba menggunakan nada diatonis.
Gendang
alat-musik-tradisional-yogyakarta
Siapa sih dari kita yang tidak apa itu alat musik Gendang? Nah, seperti pada umumnya yang kita ketahui bahwa gendang adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu yang dibentuk seperti tong dengan kulit yang diregangkan dikedua ujungnya lalu dipukul hingga mengeluarkan bunyi yang khas. Kulit yang digunakan untuk membuat gendang ini biasanya adalah kulit sapi, kulit kerbau, atau kambing.
Calung
ALAT MUSIK CALUNG
Hampir sama dengan angklung, Calung ini juga termasuk alat musik tradisional Jawa Barat yang terbuat dari bambu. Namun, biasanya bambu yang digunakan untuk membuat Calung ini adalah bambu hitam dan ada juga yang terbuat dari bambu putih. Bedanya dengan Angklung adalah alat musik jenis ini dimainkan dengan cara dipukul bagian ruas batang bambunya.
Kecapi
Kecapi adalah alat musik yang dimainkan dengan cara memetik senarnya. Kecapi ini terbuat dari kayu yang dibentuk kotak sedemikian rupa yang diatasnya terdapat senar yang dipetik dan getarannya menghasilkan suara.
Suling
alat musik suling dari jepang
Suling juga terbuat dari bambu. Alat musik jenis tiup ini di Jawa barat terdapat dua macam. Ada suling yang dibuat dengan 4 lubang, dan ada yang dibuat dengan 6 lubang. Yang 4 lubang mengeluarkan suara lebih berdengung dibanding dengan suling yang memiliki 6 lubang.
Rebab
Gambar Rebab Alat Musik Tradisonal Gamelan
Rebab adalah alat musik tradisional jawa barat yang dimainkan dengan cara menggesek dua buah senarnya. Rebab terbuat dari kayu dan untuk menggetarkan suaranya ditutup dengan kulit tipis yang memiliki tangga nada pentatonis.
Demikianlah beberapa alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Masih banyak alat musik tradisional lainnya di Jawa Barat bahkan ada yang sudah hampir punah tidak dikenal orang. Mungkin ketujuh alat musik tradisional ini yang masih dikenal dan masih populer hingga sekarang.

Sumber : http://alatmusiktradisional.com/alat-musik-tradisional-jawa-barat.html